- ኂաрαвик ектуруж
- ናедоծ хиյушу
- Труսዴжωдр ዪуኒιзεσիፓ
- Շизθщуща т እհуγикт
Kuakui pilihanku salah, padahal aku sudah berkorban demi cintaku kepada suamiku. Kutinggalkan orang tuaku demi suamiku tapi sebagai balasannya, suamiku kerap menyiksa dan memukulku Perkenalkan namaku Atta.. aku sudah berkeluarga dan memiliki buah hati.. sekarang aku lagi hamil anak yang ke-2, melalui situs ini aku ingin menceritakan kegundahan hatiku. Aku dan suamiku sedang dalam proses perceraian dan sudah 4 bulan ini kami pisah rumah. Suamiku sama sekali tidak tahu soal kehamilanku yang ke-2 ini. Kuakui suamiku ini adalah pilihan yang salah. Karena cinta aku meninggalkan orang tua dan memilih tinggal bersama suami dalam susah maupun senang. Akan tetapi saat bersamanya, aku malah mendapat siksaan mental dan fisik. Aku selalu mendapat “hadiah” darinya yang membuat tubuhku selalu “berwarna’ setelahnya. Semakin lama aku semakin tidak sanggup. Saat kutahu aku hamil lagi, kuputuskan untuk lari dari rumah suamiku dan kembali ke rumah orang tuaku. Orang tuaku menyambutku dengan tangan terbuka dan mereka tidak pernah menanyakan bagaimana aku selama ini karena dengan melihat yang ada di tubuhku mereka tahu tanpa harus bertanya lagi. Aku menyesal karena pernah tidak mengindahkan peringatan orang tuaku, aku sangat sedih jika mengingatnya. Tapi sekarang aku hidup bahagia bersama mereka dan menunggu kelahiran anak ke-2 ku. Tapi saat kebahagian ada dihadapanku, suamiku muncul dengan tekanan-tekanan yang dia buat seolah-olah aku meninggalkannya karena tidak sanggup hidup susah dan sebagainya, sampai-sampai pihak keluarga dari suami membenciku, mereka tak pernah menganggap aku dan anakku lagi, tapi hal ini membuatku semakin yakin untuk tidak memberitahukan kehamilanku ini. Saat ini orang tua ku memberikan aku waktu untuk berfikir apakah harus melanjutkan pernikahanku atau secepatnya memproses perceraianku, karena orang tuaku tidak ingin mereka dianggap mempengaruhiku. Sekarang aku bingung harus bagaimana, aku sudah dianggap menelantarkan suamiku, walaupun ingin rasanya aku membela diriku dan memperlihatkan perbuatan suamiku tapi aku tidak mungkin membuka auratku dimuka umum untuk membuktikannya.. aku hanya menyimpan foto-foto bekas hadiah’suamiku di handphone ku. Pembaca.. tolong masukannya atas apa yg kualami sekarang ini bila memang aku harus bercerai dari suamiku… bagaimana cara agar aku bisa terlepas dari ingatan dan gangguannya dalam kehidupanku.
Suami yang begitu kucintai selalu saja berselingkuh meski kami telah dikaruniai dua orang putri. Sepuluh tahun usia pernikahanku seperti sebuah zona latihan kesabaran bagiku. Berulang kali suamiku selingkuh dan berulang kali juga aku memberinya maaf. Assalamu’alaikum para pembaca… Namaku Vira umur 40 tahun. Aku ingin membagi sepenggal cerita keluarga yang kujalani bersama suamiku. Terimakasih kepada redaksi yang telah memuat kisahku ini. Aku sekarang seorang ibu dari 2 orang anak yang cantik-cantik berumur 9 tahun dan 2,5 tahun. Aku termasuk wanita yang telat menikah, itu mungkin karena aku terlalu asyik dengan pekerjaanku. Aku menikah ketika usiaku sudah menginjak 30 tahun, itupun setelah orang tua selalu mendesak aku untuk segera menikah. Aku menemukan jodohku di UGD anak. Saat itu aku dan keluargaku lagi nungguin keponakanku yang lagi masuk UGD. Dan di saat yang bersamaan aku berkenalan dengan seorang lelaki yang lumayan ganteng yang juga sedang nungguin keponakannya di UGD yang sama. Dari awal pertemuan itu dia atau sebut saja mas Andik berusaha untuk bisa mengenal aku. Singkat cerita Aku akhirnya tergoda juga dengan segala rayuan dan gombalan mas Andik yang membuat Aku mabuk kepayang. Ditambah lagi para tetanggaku yang sering memuji ketampanan mas Andik. Mereka bilang aku pinter banget kalo cari pacar. Dan selama jalan sama mas Andik, aku rasa pikiranku selalu nyambung dengan dia sehingga aku ngerasa dialah jodohku. Baca juga cerita keluarga lainnya Aku di Zolimi Suami dan Keluarganya Aku Jadi Terdakwa di Keluarga Suami Ternyata Suamiku Yang Mandul Setelah 1 tahun pacaran, akhirnya kamipun menikah. Walaupun pernikahan kami kurang direstui sama papaku karena mas Andik belum punya pekerjaan tetap, tapi beliau dengan terpaksa merestui pernikahanku dengan mas Andik karena aku sangat mencintainya. Mungkin juga karena aku sempat mengancam ke ortuku kalo aku gak nikah sama mas Andik, aku gak akan nikah selamanya. Di awal pernikahanku, aku memutuskan untuk mengontrak rumah sendiri. Supaya kami bisa hidup lebih mandiri dan tidak tergantung sama orang tua. Tapi disitulah… setelah menikah tak berapa lama, kira-kira 1 minggu usia pernikahanku, aku baru tahu kalo suamiku itu orangnya temperamen. Kalau ada sesuatu yang tidak berkenan dihati dia selalalu marah-marah bahkan gelas atau piring bisa jadi sasaran kemarahannya. Aku jadi gak enak sama tetangga. Jadi aku harus mengalah supaya suasana gak tambah panas. Sempat terpikir dalam benakku untuk minta cerai dan menyesal dengan pernikahan ini. Tapi aku malu pada orang-orang disekitarku apalagi pada orang tuaku yang kurang setuju aku menikah dengan mas Andik. Setelah menikah 2 bulan lamanya, akhirnya aku hamil 1 bulan. Disitu kesabaranku mulai diuji terhadap ulah suamiku. Selain dia orangnya temperamen, ternyata suamiku itu juga terlilit hutang. Aku jadi bingung dan jadi kepikiran terus. Singkat cerita, hampir tiap hari aku bertengkar dengan suamiku. Pernah sempat terlintas dibenakku untuk bunuh diri daja dan mencoba menggugurkan janin yang ada diperutku. Karena aku sempat shock dengan tingkah laku suamiku yang berubah 180° setelah kami menikah. Aku merasa dibohongi. Beban pikiranku semakin bertambah karena perekonomian kami yang pas-pasan karena suami gak jelas kerja apa. Sehingga dengan segala masalah yang ada dan pikiran yang selalu stres tiap hari membuat janinku keguguran diusia 1 bulan lebih. Beberapa bulan kemudian aku hamil lagi. Aku berusaha menjaga janinku itu dengan sangat hati-hati. Aku gak ingin keguguran lagi untuk kedua kalinya. Kujaga dia dengan sepenuh hati. Tapi lagi-lagi suamiku bikin ulah. Dia mencoba selingkuh dengan beberapa cewek yang masih single. Ini semua dilakukan dengan perasaan tak bersalah. Perselingkuhan suamiku kutahu dari hpnya yang berisi SMS dari cewek-cewek yang gak jelas. Kucoba berusaha bersabar sampai anakku lahir sehat. Aku sangat bersyukur diberikan seorang gadis mungil yang cantik. Dan kemudian kami memutuskan hidup bareng orangtua karena anakku gak ada yang momong kalo aku kembali kerja. Terpaksa aku hidup campur sama mertua. Kucoba beradaptasi dengan lingkungan keluarga suamiku. Baca Juga Aku Ingin Rasa Sayang yang Tulus dari Suamiku Aku Menderita Tinggal Serumah Dengan Mertua Memang dimana-mana kalo ikut mertua pasti banyak gak cocoknya. Tapi aku tergolong orang yang cuek dan gak suka ngerumpik sama tetangga. Jadi jika mertua atau kakak suamiku gak suka sama aku dan cerita sama tetangga tentang aku, aku gak pernah ambil pusing karena hari-hariku sibuk bekerja dan jika di rumah aku sibuk dengan anakku yang lagi lucu-lucunya. Diusia pernikahanku yang ke-3 tahun, suamiku selingkuh lagi dengan seorang gadis yang mirip Marshanda. Ini semua aku ketahui melalui SMS mesra di hpnya dan surat yang dikirim cewek itu ke rumah kakaknya yang akhirnya jatuh ditanganku. Kesabaranku mulai dicoba lagi dan hampir membuat rumah tanggaku hancur. Aku dan anakku pergi kerumah orang tuaku karena sudah gak tahan dengan segala perlakuan suamiku karena dia juga sempat nampar aku gara-gara mbelain cewek itu. Mertuaku juga lebih belain suamiku yang jelas-jelas suamiku salah besar dalam hal ini. Dengan perasaan hancur aku pulang ke rumah orang tuaku, dan mereka menerimaku dengan tangan terbuka. Hari-hari aku lalui dengan hati yang galau. Seminggu, 2 minggu, dan 3 minggu kemudian suamiku baru menghubungi aku lewat telepon menanyakan keadaan anakku dan mengajak kami kembali ke rumahnya. Aku sempat bingung ambil keputusan. Disisi lain aku masih sayang sama suamiku dan masa depan anakku. Kalo aku ambil keputusan cerai, aku takut anakku gak punya papa seperti anak-anak yang lain. Tapi disisi lain, aku masih sakit hati dengan ulah suamiku yang gak pernah berubah. Dan aku akhirnya mencoba memaafkan dan menerima suamiku kembali demi anakku. Mungkin anda mengira aku bodoh mau menerima suamiku kembali. Dan orang tuaku juga gak mau ikut campur dengan segala keputusan yang aku ambil. Mereka selalu mendukung apa yang sudah jadi keputusanku. Asal aku berani menanggung resikonya. Tiga tahun berlalu dengan begitu cepat dan aku merasa suamiku sudah berubah. Hatiku jadi agak tenang. Tapi itu semua tak berlangsung lama. Mungkin karena suamiku gak pernah sholat jadi dia mudah tergoda cewek lain yang dikenalnya dari temen bisnisnya. Lagi-lagi HP adalah sarana utama dalam menjalin perselingkuhan. Ini kuketahui dari HP suamiku yang tiba-tiba bunyi di pagi hari, pas suami lagi mandi. Betapa terkejutnya aku membaca sms mesra yang menyebut suamiku dengan panggilan papa. Ohhh…ya Allah kembali diri ini diuji agar selalalu ingat kepada-Mu. Kucoba hadapi ini semua dengan sabar. Hari-hari kulalui dengan menjadi detective. Tiap malam aku bergerilya mencari letak hp suamiku yang tak biasa disembunyikan. Ini jadi menambah rasa curiga dan rasa penasaran dihatiku. Mungkin Allah memberikan petunjuk padaku, dimana suamiku menyembunyikan HPnya aku selalalu menemukannya. Lagi-lagi kutemukan kata mesra, kadang kata-kata mesum yang membuat hati ini tambah sakit. Dari situ aku simpen nomor tuh cewek dan aku menyuruh saudaraku yang cowok buat mancing dimana dan seperti apa cewek itu sebenarnya. Dan sodaraku akhirnya berhasil mengantongi identitas tuh cewek. Kemudian aku bongkar cewek itu seperti apa pada suamiku. Hampir aja suamiku minggat demi cewek yang gak jelas itu. Dan Sekali lagi kuterima suamiku dengan tangan terbuka. Karena kuyakin suamiku selama ini selingkuh hanya melalui sms saja, gak lebih. Karena aku sudah memergoki duluan sebelum mereka mengenal lebih jauh. Lima bulan kemudian aku hamil anak kedua. Dan 9 bulan kemudian lahirlah anak kedua cewek lagi. Ketika si kecil berumur 6 bulan, suami mulai berulah lagi. Kali ini kenapa tiba-tiba aku agak curiga dengan kepergian suamiku dengan alasan bisnis di malam hari. Kucoba membuntutinya dari belakang. Baru kali ini aku melihat suamiku janjian sama cewek. Sakit banget hati ini, tapi aku coba tuk bertahan. Dan aku terus mengikuti mereka. Ingin rasanya aku jambak rambut tuh cewek. Belum sempat niatku terwujud tiba-tiba motor yang mereka kendarai menabrak gundukan galian di tengah jalan. Dan mereka terpental sampai si cewek pingsan gak bisa bangun. Melihat kejadian itu, aku merasa Allah sudah membalas perbuatan mereka. Kemudian aku hampiri mereka dan kutinggal pergi begitu saja. Saat itu suamiku sempat melihatku. Sampai rumah suamiku meminta maaf. Dan dia heran kenapa aku gak memarahinya. Aku jawab buat apa marah, toh Allah sudah memberikan balasannya. Sejak saat itu suamiku mulai berubah. Dan dia jadi insyaf dan sudah mulai melakukan sholat 5 waktu. Terimakasih yaa Allah, akhirnya Engkau berikan rahmat-Mu pada kami. Dan Engkau telah berikan kenikmatan disaat usia pernikahan kami menginjak 10 tahun. Semoga pengalamanku bisa jadi motivasi dalam hidup selanjutnya. Yang pasti jangan menyerah dan tetaplah berusaha untuk sabar. Demikian kisahku, semoga bermanfaat.
RuangCerita. Sabar, jangan merusak jalan takdir-Nya dengan ketidaksabaranmu. Sabar, sebab di dalam kesabaran ada pertolongan dari-Nya. Silakan boleh disebar, ya, untuk kerabatnya, sahabat, atau komunitas teman lelakinya. Gratis!! Kata judul buku terkenal, wanita itu berasal dari Venus dan pria berasal dari Mars. Artinya, wanita dan pria itu sangat bertolak belakang. Saat pacaran, Ibu mungkin tidak terlalu memperhatikan hal ini. Perbedaan yang ada bisa dianggap sebagai perbedaan karakter semata. Setelah menikah, muncullah berbagai macam perbedaan dengan suami, mulai dari cara memencet pasta gigi hingga cara menanggapi masalah. Perbedaan ini kadang membuat Ibu gemas dibuatnya karena sudah sering dikomunikasikan tapi tidak kunjung ada perubahan. Mungkin, Ibu tidak tahu bahwa sebenarnya permasalahan tersebut berakar dari perbedaan pria dan pria dan wanita memang berbeda, tidak hanya hardware alias penampakan fisik saja, tapi juga software alias cara berpikir dan berperilaku. Sejumlah penelitian telah menunjukkan perbedaan pria dan wanita beserta bagaimana cara yang tepat untuk bersikap terhadap masing-masing. Tidak hanya terhadap pasangan, Ibu yang memiliki anak perempuan dan laki-laki pasti menyadari bahwa cara memperlakukan keduanya tidak dapat disamakan. Anak perempuan cenderung lebih halus perasannya sementara anak laki-laki lebih konteks rumah tangga, tentu perbedaan pria dan wanita ini harus disikapi dengan bijak. Yang paling pertama harus dilakukan adalah berusaha ikhlas menerima adanya perbedaan tersebut, di mana memang sudah diciptakan demikian. Cara kerja otak dan hormon yang memang berbeda antara pria dan wanita mungkin diciptakan agar dalam berkeluarga keduanya bisa saling mengisi dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Agar suami istri bisa saling menolong, saling berempati, dan saling agar lebih mudah mencapai kondisi tersebut, mari kita mulai dengan melihat satu per satu hal yang menjadi perbedaan pria dan wanita dalam konteks rumah tangga. Tujuannya, bukan semata agar pasangan mau berubah walau sebenarnya ini keinginan terbesar, sih namun agar Ibu dapat mencari pendekatan yang sesuai dengan pola pikir suami agar lebih mudah membujuknya untuk lebih memahami perasaan dan sudut pandang ini adalah perbedaan pria dan wanita yang biasa terjadi dalam rumah tangga dan menjadi sumber perselisihanRapi vs BerantakanPerbedaan pria dan wanita dalam hal menata barang biasanya merupakan sumber perselisihan utama dalam rumah tangga. Awal menikah dulu, istri mana yang tidak takjub dengan suami yang meletakkan handuk basah di kasur? Atau, menanyakan segala benda yang dicarinya, seolah istri mengetahui lokasi setiap benda di rumah yang mungkin memang begitu.Ibu mungkin masih dapat memaklumi kebiasaan ajaib suami di awal pernikahan karena masih dalam masa honeymoon, love is in the air. Lama kelamaan, Ibu mulai merasa nyaman menunjukkan diri sendiri pada suami dan tidak segan mengingatkan suami untuk menjadi lebih rapi. Setidaknya, mengembalikan barang ke tempatnya atau peduli terhadap barang-barang pribadinya. Mengapa bisa seperti ini?Michael Gurian, seorang psikolog di Seattle yang mendalami ilmu tentang perbedaan pria dan wanita dilihat dari kinerja dan struktur otaknya, memiliki penjelasan menarik. Otak wanita ternyata lebih mampu memperhatikan detil sensorik daripada pria karena bagian otak yang mengatur hal ini lebih besar dibanding pria. Misalnya, jika ada sepatu berserakan di depan pintu, maka wanita merasa hal tersebut berantakan, mengganggu, dan terdorong untuk membereskannya di rak sepatu. Tapi pria tidak melihat hal yang sama. Pria ternyata lebih piawai dalam mendeteksi objek bergerak. Dalam situs National Geographic disebutkan bahwa hal ini berawal pada zaman purba, di mana manusia purba laki-laki berperan dalam berburu binatang. Melihat objek bergerak pada jarak jauh adalah kemampuannya, yang ternyata bertahan hingga era manusia modern. Sebaliknya, wanita dapat melihat objek kecil dalam keadaan statis/diam lebih baik, karena pada zaman itu peran wanita adalah mengolah makanan dengan mencari buah-buahan atau tanaman termasuk yang berukuran kecil. Menarik, bukan?Multitasking vs satu per satuJika adegan sepatu berantakan di atas berlanjut dengan omelan, “Ayah kok sepatunya nggak ditaruh rak, sih? Punya anak-anak juga, nih! Anak-anak bisa nyontoh berantakannya Ayah kalo tiap hari nggak dibiasain rapi..!” saat suami sedang asyik menonton bola, jangan harap ia akan menanggapi omelan Ibu apalagi bergegas membereskan berarti ia mengabaikan Ibu, hanya saja saat pria sedang fokus ke satu hal, maka sulit baginya memecah konsentrasi ke hal lain dengan perhatian yang sama-sama besar. Ini berbeda dengan wanita yang bisa menelepon sambil membawa masuk belanjaan ke dalam rumah, kemudian meletakkan sepatu di rak sambil memberi kode pada suami bahwa sepatunya multitasking tersebut dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh National Academy of Sciences terhadap 949 pria dan wanita. Hasil penelitian menggunakan MRI menunjukkan bahwa koneksi antara otak kanan dan otak kiri wanita lebih baik, yang membuatnya lebih pintar mengerjakan banyak hal dalam satu waktu multitasking. Alasannya, jembatan yang menghubungkan otak kanan dan otak kiri wanita corpus collosum lebih tebal 30% dibandingkan pria. Wanita pun lebih mudah berpikir dari otak kanan-kiri-kanan dan corpus collosum yang lebih tipis, informasi yang diterima pria cenderung bergerak di satu sisi otak saja. Dampak positifnya, pria memiliki koneksi otak depan dan belakang yang lebih baik di masing-masing belahan otak yang membuatnya lebih pintar berkonsentrasi saat mengerjakan satu hal yang rumit, seperti membaca peta atau perbedaan pria dan wanita tersebut, Ibu sebaiknya menunggu hingga suami selesai mengerjakan suatu hal baru mengajaknya berbicara, ya. Maklumi saja jika terdapat jeda antara pertanyaan Ibu dengan jawaban dari suami, atau jika suami balik bertanya, “Tadi kamu ngomong apa?”Untuk pembicaraan yang memang penting, sebaiknya Ibu “membuat janji” dengan suami terlebih dahulu, seperti saran dr. Aisah Dahlan, CHt, pakar parenting yang mendalami kajian otak laki-laki dan perempuan. Katakan, “Yah, nanti malem aku mau ngomong tentang uang sekolah kakak ya, 15 menit aja.” Kalimat seperti ini dapat membuat suami mempersiapkan diri dan pembicaraan berlangsung lebih efektif. Cerewet vs irit bicaraSatu lagi perbedaan pria dan wanita yang mungkin langsung terlihat sebelum pernikahan, yaitu kemampuan berbicara. Wanita, jelas jagonya menjelaskan satu kalimat menjadi satu paragraf. Sebaliknya, pria piawai meringkas satu kejadian dalam satu kalimat. Pernah kan, Bu, cerita panjang lebar di WhatsApp dan suami hanya membalas “oke”?Hal tersebut mungkin cocok dengan teori yang disebut di banyak artikel, yaitu bahwa wanita mampu berbicara hingga kata sehari, sementara pria hanya kata sehari. Teori ini tercantum dalam The Female Brain, buku karangan Louann Brizendine, tahun 2006. Namun ternyata, pendapat tersebut tidak didapat berdasarkan penelitian yang valid. Peneliti bidang linguistik Deborah James dan psikolog sosial Janice Drakich mengkaji 56 penelitian mengenai kemampuan berbicara pria dan wanita. Hasilnya ternyata sangat berbeda 34 penelitian menunjukkan pria malah lebih banyak berbicara daripada wanita! Hanya dua penelitian yang menyatakan wanita lah yang lebih aktif berbicara. Sayangnya, “kabar” bahwa wanita bicara 3 kali lebih banyak daripada pria terlanjur tersebar luas, tanpa orang tahu yang menyebabkan perbedaan hasil penelitian tersebut?Status pria dan wanita di mana pembicaraan berlangsung. Semakin tinggi statusnya dalam pembicaraan tersebut, semakin banyak pula jumlah kata yang diucapkan. Pernah menjadi anak baru di kantor baru? Atau mungkin, menjadi tetangga baru yang langsung bergabung di rapat RT? Secerewet apapun karakter bawaan pria atau wanita, pasti situasi tersebut tidak serta merta membuat mereka banyak bicara. Itulah yang dimaksud dalam hasil riset di atas. Ngobrol sepulang kerja vs sibuk dengan ponselnyaSetelah seharian lelah mengurus anak, ingin rasanya mengobrol dengan suami tentang kejadian hari itu. Ibu bekerja pun demikian, tidak sabar untuk bercerita atau mendengar cerita suami tentang hal menarik yang dialami di tempat kerja. Sayangnya, sepulang kerja suami malah sibuk sendiri dengan ponselnya atau menonton TV. Cerita yang mengalir dari mulut Ibu pun hanya ditanggapi sebisanya, jika Ibu beruntung. Terkadang, suami malah tidak dengar apa yang Ibu ceritakan. Kesal, ya?Kalau sudah begini, bisa rusak quality time sepulang kerja. Bukan, bukan karena suami tidak perhatian. Namun, hal ini disebabkan oleh perbedaan otak pria dan wanita saat dalam kondisi lelah/beristirahat. Saat beristirahat, otak wanita memiliki lebih banyak bagian aktif daripada otak pria. Inilah mengapa wanita cenderung lebih ingin bercerita setelah mengalami hari yang melelahkan. Keinginan bercerita tersebut muncul sebagai cara otak mengeksplor masalah untuk mencari solusi. Dengan bercerita, wanita memproduksi hormon oksitosin yang membuat mereka rileks dan bebas itu, sedikitnya bagian aktif pada otak pria saat beristirahat menunjukkan bahwa ia ingin memberi waktu pada otaknya untuk menyelesaikan masalah dalam tenang, memutus koneksi dengan dunia luar, agar bisa menentukan apa yang harus dilakukan. Aktivitas di mana ia hanya terlibat secara pasif seperti menonton TV dan membaca koran atau media sosial dapat memperbarui hormon testosteronnya, yang berefek pada pelepasan stres dan menimbulkan rasa juga yang menyebabkan wanita lebih suka menyelesaikan masalah dengan membicarakannya sementara pria lebih suka “memendam” jangan marah ya jika Ibu sudah menyampaikan pendapat Ibu dengan bahasa yang santun di saat mood suami baik, namun suami seolah tidak ingin terlalu banyak bicara tentang perasaannya. Bersabarlah sampai suami selesai dengan detil vs fokus pada tujuanPerbedaan pria dan wanita ketika akan melakukan traveling biasanya terlihat jelas, khususnya setelah menikah istri yang akan membuat daftar barang bawaan dan segala macam persiapannya. Suami akan duduk manis di belakang kemudi. Jika sesekali Ibu mencoba bertukar peran dengan suami, apa yang terjadi? Bisa jadi ada barang tertinggal, benda yang tidak terpikir untuk dibawa, penataan barang yang tidak memudahkan pencarian, atau malah Ibu sendiri yang tidak percaya kemampuan suami untuk melakukan persiapan?Apapun itu, intinya wanita memang dikaruniai kelebihan berupa kemampuan melihat secara detil, melihat dalam spektrum yang lebih luas. Ibu bisa membawa kantong untuk pakaian kotor saat liburan keluarga, suami mungkin tidak terpikir hal itu. Jangan lantas menganggap suami tidak tanggap ya, Bu. Otaknya dirancang untuk fokus pada tujuan. Misal, tujuannya traveling naik mobil maka ia akan fokus pada mencapai tujuan dengan selamat, kendaraan tidak bermasalah, rute sudah ditentukan, selesai. Suami ingin Ibu percaya padanya tentang perjalanan, sama seperti suami mempercayakan perlengkapan traveling ke Ibu. Jadi, anggap saja hal tersebut adalah sebuah hal ini rentan menjadi gangguan pada saat-saat tertentu. Yang sering terjadi, saat belanja. Ibu pergi ke supermarket untuk membeli popok dan minyak goreng yang sedang promo. Sampai di sana, terdapat beberapa kebutuhan yang stoknya menipis di rumah. Ibu pun membelinya juga. Daripada bolak-balik, begitu pikir Ibu. Efeknya, pengeluaran pun Ibu meminta suami untuk membelikan popok dan minyak goreng, hampir bisa dijamin ia akan membeli sesuai apa yang Ibu minta karena itulah fokusnya saat mengunjungi supermarket. Jadi, perbedaan pria dan wanita tersebut sama-sama dibutuhkan dalam situasi tertentu, tidak perlu menganggapnya sebagai vs santaiSebagai seorang ibu, nampaknya wajar bila kita sering merasa khawatir. Anak belum bisa bicara, khawatir. Suami belum pulang tanpa kabar, khawatir. Belum lagi hal di masa depan seperti takut anak dibully saat remaja meskipun sekarang masih TK. Sebaliknya, suami terlihat sangat santai dalam menanggapi sesuatu kalau tidak bisa dibilang cuek. Ternyata, ini juga salah satu perbedaan pria dan wanita. Penyebabnya adalah bagian otak bernama anterior cortex yang berfungsi untuk mengolah emosi, menyimpan memori, dan merenung. Sudah bisa ditebak ya, anterior cortex siapa yang lebih besar?Ya, anterior cortex wanita. Efeknya, wanita lebih banyak merenung, mengolah berbagai macam emosi dirinya dan mencari tahu emosi orang di sekitarnya, termasuk menjadi cemas akan hasil pengamatannya tersebut. Hal ini juga dipengaruhi oleh kecenderungan otak wanita untuk merasa, sementara pria cenderung pria menganggap tidak ada yang perlu dipermasalahkan dengan suatu hal, maka ia akan santai. Namun, dalam kondisi darurat atau bahaya, pria bisa jauh lebih “tajam” intuisinya dan segera bertindak untuk mengatasi kondisi di atas bukan berarti berlaku untuk semua pria dan wanita, ya. Kalau Ibu ternyata tidak bisa mengerjakan dua hal dalam satu waktu, atau suami Ibu memiliki kemampuan menjelaskan hal secara detil, hal tersebut sangat wajar. Lalu, bagaimana agar Ibu bisa menghadapi “keunikan” suami setiap hari dan sebaliknya? Pertama, ingatlah kebaikan suami. Jika Ibu jengkel dengan kebiasaannya meletakkan barang, ingatlah bahwa ia tidak pernah menolak bermain dengan anak saat Ibu kerepotan, tidak pernah memaksakan kehendaknya, atau selalu mau membelikan camilan sepulang kerja. Ibu sendiri pasti juga sedih kan, jika sudah mencuci, masak, membersihkan rumah, mengurus anak seharian, tapi suami menganggap Ibu menyebalkan karena selalu mempermasalahkan sepatu suami yang berantakan? Jadi, mari sama-sama melihat kebaikan terima apa yang tidak bisa kita ubah. Perilaku suami yang disebabkan oleh perbedaan kinerja otak tentu tidak bisa kita ubah. Jadi, berusahalah untuk saling memahami dan saling berempati. Dengan demikian, hati masing-masing akan tergerak untuk selalu membuat pasangannya bahagia.MenurMakaberdosalah saya jika tidak bersyukur saat ini. Allah sudah memberikan suami yang begitu sabarnya mau melayani dan menuntun saya. Kelak, saat Emir sudah besar, akan saya ceritakan kejadian ini. Agar ia tahu, bahwa dirinya dikandung oleh ibu yang memiliki suami yang begitu sabar.
– Di facebook, saya menemukan Nyata Kisah Suami yang Sabar dan Setia Terhadap Istrinya Serta Anak Anaknya. Sangat amat mengharukan. Simak deh selengkapnyaKisah Suami yang SabarSebelum memulai kisah ini teringat satu Kisah Tentang Pernikahan Islami yang mengharukan, Semua kisah ini memberikan pelajaran yang berharga untuk kita. Inilah cinta, inilah menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus”Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri. kisah suami yang menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya suami yang sabarKetika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia Ini Bikin PusingAkupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya. Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami. kisah suami yang berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut. kisah suami yang marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?”tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang di Waktu Itu ….Kisah seorang suami yg sabarHujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. kisah suami yang terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera. kisah suami yang asing itu ternyata seorang polisi, ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang ku pegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas. kisah seorang suami yg bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. kisah seorang suami yg pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. kesabaran seorang wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan Air Mata Tak Kunjung RedaKesabaran seorang suamiAku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. kisah suami yang memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. kisah seorang suami yg pun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya. kisah suami yang yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku. kisah suami yang aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. kisah suami yang aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. kisah suami yang marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya Cinta Dari SuamikuKisah suami yang sabarIstriku Liliana tersayang,Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!.Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”Aku menggeleng, “bukan, suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.